Islam teh Sunda, Sunda teh Islam


Islam sebagai agama samawi tidak sekedar sebagai agama ritual tetapi juga berperan dalam membentuk peradaban. Apabila berbicara mengenai Sunda dengan Islam tentu ini sebuah pembahasan yang menarik, karena sangat berhubungan dengan sejarah masuknya islam di Daratan Sunda. Adanya islam di Indonesia dengan membentuk peradabannya tidak serta merta menghapuskan kebudayan yang sudah ada di tempat tersebut, namun apabila ada yang tidak sesuai dengan ajaran islam kebudayan itu ditinggalkan.
Masalahnya, sudah menjadi hal yang umum dalam histogiografi kolonial bahwa islamisasi akan dibenturkan dengan adat masyarakat lokal. Misalnya sejarawan Kolonial menceritakan proses islamisasi di jawa, islamisasi digambarkan dan dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa politik. Hal ini diumpamakan ketika peperangan antara Kerajaan Demak dan Kerajaan Majapahit yang disimpulkan dengan peperangan antara Islam dengan Hindu.
Apabila dilihat kejadian diatas, seolah-olah islam ingin menghancurkan kebudayaan masyarakat setempat. Padahal sebenarnya islamisasi di Indonesia berjalan dengan damai, normal dan tanpa ada kekerasan. Orang-orang pribumi dengan sukarela masuk islam tanpa adanya paksaan.
Hal serupa juga datang dari Tataran Sunda, seperti peperangan antara Maulana Hasanuddin dari Banten dengan Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Ratu Samiam pada tahun 1579. Perang ini seolah-olah Islam dan Sunda saling bersemberangan. Padahal dalam ingatan orang sunda, perang tersebut sudah tidak menjadi bagian yang penting untuk dijadikan sebagai identitas. Bahkan dalam pemikiran urang sunda proses islamisasi tidak pernah dikaitan dengan pemaksaan dan kekerasan.
Dikutip dari beberapa sumber, islam datang ke daratan Sunda bersamaan dengan datangnya islam di Tanah jawa. Sama halnya di Jawa, penyebaran islam di sunda juga dengan Wali Songo, bahkan berhasil mendirikan Kerajaan Islam di Cirebon dan Banten yang didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Namun Sunan Gunung jati bukan orang pertama yang membawa Islam.
Menurut beberapa sumber lokal, dipercayai bahwa yang pertama kali membawa islam di Tanah Sunda adalah Bratalegawa. Bratalegawa adalah anak kedua dari Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, penguasa Kerajaan Galuh. Beliau adalah saudagar kaya dan sering melalang buana ke berbagai negara seperti Arab, India, Sri Lanka bahkan ke China. Dia menikah dengan perempuan muslim yang bernama Farhana binti Muhamma dari Gujarat, dengan begitu Bratalegawa memeluk islam dan menetap di Cirebon yang pada saat itu menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Galuh.
Apabila cerita ini menjadi asas informasi bahwa islam di bawa oleh pedagang dan pada tahap awal masih sedikit pemeluk islam karena pengruh Hindu yang masih kental. Sementara jika dilihat waktunya, Kerajaan Galuh Bunisora berkuasa selama 14 tahun dari tahun 1357 sampai 1371 M, jadi dapat disimpulkan bahwa peristiwa Bratalegawa diatas terjadi sekitar abad ke 14.
Dalam Babad Cirebon, kisah penyebaran Islam mirip dengan cerita Bratalegawa. Tetapi tokohnya yang berbeda yaitu Pangeran Walang Sungsang yang dikena juga dengan panggilan Syaikh Abdul Iman. Dia adalah seorang anak penguasa Padjajaran  Prabu Siliwangi dari istirnya Nyai Subang Larang. Namun cerita ini dikaitkan dengan mitos bertemunya Walasangsang dengan Nabi Muhammad padahal berbeda zaman.
Meskipun dikalangan sejarawan Baarat sumber-sumber tradisional ini tidak otoritatif  dan tidak dipercaya seluruh ceritanya, tetapi ini haya sebagai informasi permulaan saja tentan masuknya islam di daratan sunda.
Bila kita lihat dari peperangan antara Kerajaan sunda dengan Mulana Hasanuddin dari Banten pada abad ke 16, maka diambil kesimpulan bahwa islamisasi daratan sunda sudah ada sejak sebelum itu bahkan lama sebelum peperangan itu terjadi.
Menurut Hasan Mu’arif Ambary, islamisasi yang ada di Nusantara termasuk dataran Sunda memalui tahapan-tahapan yang bisa dikatakan sama yaitu: pertama, adanya pedangang, pelaut dan musafir yang ada di berbagai belahan dunia yang datang ke Nusantara dan saling berinterkasi dengan saling kontak. Perode ini terjadi pada abad ke 7 hingga abad ke 1. Hal ini menjadi argumen pertama para pedagang muslim dari negara-negara muslim berinteraksi dengan masyarakat lokal.
Kedua, dengan adanya kontak langsung dengan pedagang mulim inilah yang membuka kesempatan islam masuk ke Indonesia. Sebagian penduduk mulai tertarik dengan ajaran islam tidak terkecuali dataran Sunda yang sebagai tujuan utama para pedagang internasional.
Ketiga, fase ini adalah tumbuhnya islam di Nusantara di berbagai tempat.fase ini berlangsung pada abad ke 11 hingga 13 M. Di sunda sendiri komunitas muslim sudah muncul di wilayah pesisir utara Jawa Barat.
Keempat, pelembagaan islam ditandai tumbuhnya pusat-pusat kekuatan politik bahkan kerajaan dan fase ini dimulai pada adab ke 13 hingga 16. Di Daratan Sunda sendiri pada fase ini telah berdiri kerajaan Banten dan Cirebon. Pada masa ini pun kerajaan-kerajaan islam sudah melawan kakuatan kolonilaisme dari Barat.
Kelima, keringnya karisma dan kekuasaan kerajaan islam yang di gantikan dengan munculnya kekuasaan baru dari Kolonialisme Eropa. Pada masa ini mulai ada proses deislamisasi yang di lakukan Belanda dengan berbagai cara. Salah satunya dengan tidak memberlakukan sistem perundang-undangan syari’ah islam yang digunakan oleh Kerajaan-kerajaan islam termasuk Banten dan Cirebon. Usaha kristenisasi juga mulai digencarkan oleh Belanda ke wilayah yang mayoritas muslim dan timbul usaha-usaha untuk memisahkan islam dari kebudayaan lokal dengan dalih melestarikan kebudayaan, sehingga akhirnya dibenturkan budaya dengan islam.
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa sejarah masuknya islam ke Nusantara khususnya di wilayah Priangan sudah lama dilakukan oleh para pedagang dari negara muslim khususnya arab. Banyak cerita dan mitos yang menceritakan masuknya islam ke daratan Sunda, namun dapat di garis bawahi bahwa penyebaran islam tidak dengan paksaan dan kekerasan seperti dugaan para sejarawan barat dan islam secara murni sudah masuk kedalam kebudayaan Sunda.

Komentar

Postingan Populer