Sekolah di tutup gara-gara COVID-19, belajar dengan MOOCS aja
Zaman sekarang jenis penyakit semakin kesini semakin bertambah dan
sangat bervariasi, salah satunya yang lagi trend adalah COVID-19 yang sekarang membuat dunia khawatir.
Secara umum, COVID-19 adalah penyakit
peradangan paru-paru yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus (SARS-CoV-2), dengan gejala yang beragam yaitu mulai dari
gejala demam, batuk, sesak nafas sampai berkomplikasi berat. Penyakit ini telah
memasuki tahap darurat dimana beberapa negara di dunia telah positif terjangkit
olehnya dimulai dari Wuhan, China. Dilansir dari Liputan6.com yang merilis data dengan negara yang paling banyak terjangkit virus ini, China menempati urutan pertama yang
menembus 80.932, diikuti Italia dengan 12.462 dan dibawahnya Iran dengan 10.075
kasus. Hal ini memaksa beberapa negara didunia Lockdown semua sektor yang menyebabkan
perkumpulan orang banyak karena dipercaya dengan perkumpukan itu dapat menyebarkan penyakit
ini.
Di Indonesia sendiri, COVID-19 telah menyebar di beberapa daerah. Dikutip
dari Kompas.com, telah ada lebih dari 60 orang yang dinyatakan positif
COVID-19, maka untuk mencegah penyebaran yang meluas Pemerintah memberlakukan Lockdown
terhadap beberapa sektor sekolah, pariwisata dan tempat-tempat yang ramai.
Tentu hal ini membuat aktifitas terganggu terutama untuk para pelajar.
Sebenarnya banyak metode pembelajaran jarak jauh sebagai alternatif
untuk tetap belajar dalam kondisi dunia saat ini, salah satunya adalah MOOCs yang
akan dibahas di dalam tulisan ini. Terus apa sih MOOCs itu ? dan apa kelebihan
dan kekurangannya ?
Massive Open Online Courses (MOOCs) adalah latihan atau kurus
berbasis web yang ditawarkan berbagai Universitas di seluruh dunia. Menurut
Sarah Porter didalam bukunya To MOOC or Not to MOOC: how can online learning help to build the
future of higher education ?, membagi
MOOCs menjadi beberapa pengertian yaitu: pertama, pembelajaran dengan
teknologi atau e-Learning yang menggunakan sistem pembelajaran virtual dan
menggunakan sistem menejemen pembelajaran teknologi untuk mengirim konten kepada
pelajar. Kedua, pembelajaran yang hanya bisa diakses dengan cara online
dan menggunakan internet. Ketiga, kursus online yang tersedia secara
terbuka untuk jumlah peserta yang tidak terbatas dan gratis. Dapat disimpulkan bahwa
MOOCs merupakan model pengajaran yang menekankan jaringan internet untuk
mengakses pengajaran. Disamping bersifat pengajaran jarak jauh, MOOCs juga
dapat memberikan materinya kepada peserta dengan jumlah yang sangat banyak
bahkan hingga puluhan ribu secara gratis, hal ini tentu menjadikan MOOCs
menarik.
. Model pembelajaran MOOCs menawarkan kursus online dengan
menggunakan model tradisional dan kurikulum yang dapat diunduh untuk dipelajari
peserta didik. Pembelajarannya cukup mudah, pelajar dapat mendengarkan dan
menonton rekaman dari pemateri atau guru secara online di web yang telah di
sediakan. Setelah itu, apabila pelajar masih kurang paham atas penjelasan dari video
tersebut, maka pelajar dapat mengunduh materi dan kurikulum yang akan di
sajikan di pertemuan selanjutnya. Selain itu, website MOOCs juga menyediakan
komentar bagi pelajar yang ingin berinterkasi langsung dengan pemateri atau
guru.
MOOCs sebagai metode pembelajaran online dinilai sangat membantu
para pelajar yang kesulitan dalam belajar atau dengan alasan tertentu. Terdapat
beberapa tokoh yang mendukung MOOCS, seperti mantan Presiden Amerika Barrack
Obama yang mengapresiasi MOOCs sebagai “The Innovative Trend” karena
dengan low cost bisa mendapat kualitas pendidikan yang tinggi. Selain itu,
Don Nutbeam selaku wakil konselor dari University of Southampton mengklaim
bahwa MOOCs dapat menjadi alternatif metode pendidikan di masa yang akan datang
terutama di Perguruan Tinggi.
Ada beberapa faktor yang menguatkan ekspetasi dari pada penggiat
pendidikan bahwa MOOCs menjadi metode pembelajaran yang inovatif dan alternatif
dari pembelajaran tradisional. Pertama, MOOCs mempunyai para pemateri
yang sudah ahli di bidang masing-masing dan dari Universitas terkenal seperti
MIT, Stanford University dan University of Manitoba. Kedua, semua
golongan dapat bebas mengaksesnya secara gratis dan dapat menambah skill atau
pengetahuan baru yang mungkin di sekolah tidak diajarkan. Ketiga, pengajaran
lebih fleksibel. MOOCs menawarkan inovasi pembelajaran yang tidak terbatas oleh
ruang dan waktu, dengan begitu pembelajaran dapat diakses mudah.
Meskipun berbagai golongan mendukung MOOCs tetapi ada beberapa
pegiat yang mengkritisinya. Adapun salah satu yang mengkritisi MOOCs adalah
Jhon Daniel di dalam tulisannya Making Sense of MOOCs: Musings in a Maze,
Paradox and Possibility. Dia mengatakan bahwa MOOCs adalah alat bisnis dari
Universitas terkenal, credit recognition dan high dropout rate. Dari sini ada beberapa kelemahan dari MOOCs
yang perlu di perhatikan. Pertama, kurangnya interaksi sosial antar
sesama pelajar. Kedua, jumlah peserta yang banyak menyulitkan para
pengajar untuk mengakomodir dan mengontrol pelajar dari seluruh dunia dalam
memberikan jawaban atas pertanyaan mereka.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, maka MOOCs dapat
dijadikan metode pembelajaran alternatif melihat kondisi COVID-19 yang semakin
menyebar ke pelosok dunia. Ya dari pada di rumah gak ngapa-ngapain
mending ngisi waktu dengan belajar pake MOOCs. Selain itu, MOOCs juga dapat menjadi Optional
Additional untuk pelajar yang kurang memahami pelajaran di kelas dan
ingin meriview nya dirumah atau di tempat lain.
Komentar
Posting Komentar