Bahaya Stigma COVID-19

Akhir-akhir ini Indonesia   memang sedang banyak ditimpa musibah. Dari banjir di berbagai  tempat, kasus Reynhard Sinaga yang mencoreng nama Indonesia, kasus Jiwasraya yang entah     bagaimana kelanjutannya, mata   uang rupiah yang kian melemah     serta yang terbaru COVID-19 yang   sudah menjadi pandemi global. Tentu sebagai seorang muslim kita menganggap segala sesuatu yang menimpa tanah air kita pasti ada hikmahnya dan dalam segala masalah pasti ada jalan keluanya. Kita semua berdoa yang terbaik untuk bumi kita.
COVID-19 ini yang sekarang menjadi perbincangan hangat bahkan di media sosial pun banyak membahasnya. Dari berbagai kalangan menyuarakan pendapatnya tentang virus satu ini, ada yang berpendapat ini adalah senjata global ataupun lain sebagaimana. Situasi dunia pun di perburuk dengan banyaknya pasien dan tenaga medis yang meninggal dalam jumlah yang besar, bahkan di beberapa negara sudah tidak sanggup menanganinya.
Menanggapi hal ini, respon masyarakat pun beragam, ada yang bersimpati hingga mendonasikan sebagian hartanya untuk membatu tenaga medis dalam menangani pandemi ini. Namun, di sisi lain banyak dari masyarakat yang mengalami ketakutan berlebih dengan sesuatu yang bersangkutan dengan COVID-19, seperti banyak kasus yang mana menolak bahkan mengusir tenaga madis dari kontrakannya, mencibir dan menjauhi tenaga medis bahkan yang lebih parah menolak penguburan jenazah yang positif COVID-19 diwilayahnya. Ini menjadi suatu hal yang miris terjadi dimana COVID-19 menjadi stigma buruk di kalangan masyarakat. Padahal menurut dr. Edi Suyoto SpF SH., MH sebagai Kepala Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU dr. Seotomo Surabaya mengatakan “Secara ilmiah ilmu kedokteran, korban atau jenazah kemungkinan menularkannya sudah tidak ada. Apalagi virus corona. Dia (virus corona) harus hidup pada inangnya. Inangnya sudah mati, virusnya juga ikut mati. Sama dengan HIV/AIDS sama H5N1 (flu burung)”  
Sebenarnya permasalahan ini yang dapat menjadi tolak ukur kita, sedalam apakah kita dalam berislam. Berislam atau islamisasi dengan baik bukan hanya mengucap syahadat setelah itu selesai, tetapi lebih dari pada itu. Islamisasi sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. M. Naquib al Attas bahwa “Islamization is the liberation of man first from magical, mythological, animistic, national-cultural tradition opposed to Islam, and then from secular control over his reason and his language”. Jadi berislam secara kaffah adalah proses merubah caar pandang manusia sesuai dengan ajaran islam sebagaimana fitrah manusia. Dalam menyikapi COVID-19 pun juga begitu, jangan terlalu berebihan dalam menilai sesuatu karena Allah tidak senang dengan hal yang berlebihan. ingat yang kita hindari adalah penyakitnya bukan orangnya.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk saling berbagi dan mengasihi sesama muslim. Seperti di dalam kisah ketika perang Yarmuk, pada saat ada orang terluka parah dan meminta air minum untuk menghilangkan deritanya kepada seseorang. Namun, ketika air itu dibawakan kepadanya, ia mendengar ada seseorang yang juga butuh air, sehingga dia suruh orang yang membawakan air untuk dikasih kepada orang yang kedua. Tetapi orang kedua pun mendengar ada orang ketiga yang juga perlu air, maka di berikan air itu kepadanya. Dan pada akhirnya mereka wafat sebelum meminum air tersebut. itulah gambaran sifat saling kasih sayang dan membantu yang menjadi sifat seorang muslim.
Ditengah COVID-19 boro-boro mendahulukan orang lain, memikirnya orang lain saja sudah tidak ada. Buktinya ketika terlalu takutnya masyarakat tentang  virus ini sehingga membuat ia buta akan rasa kemanusiaan dengan menolak penguburan di daerahnya dengan dalih dapat tertular selian itu juga ada kasus tentang penimbunan masker dan bahan pokok. Maka, hanya sampai disitu keislaman kita.
Kita yakin dari segala tindakan Allah pasti ada hikmahnya. Dari beberapa hikmahya dengan adanya COVID-19 adalah peringatan dari Allah untuk kita berbenah diri dengan cara fikir dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran islam. Semoga setelah lulusnya kita nanti di kelas korona ini, ibadah kita semakin bertambah dan juga pola berfikir kita juga bertambah baik.


Komentar

Postingan Populer