Worldview Islam dan Pendidikan

 


Setiap individu mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap dunia. Namun, sebagai bagian dari masyarakat yang bersifat komunal cara pandang individu tersebut menjadi cara pandang yang berakumulasi menjadi cara pandang bersama dan penanda identitasnya sebagai anggota masyarakat tertentu. Kemudian, cara pandang ini akan menjadi motor dalam perubahan sosial, asas pemahaman realitas dan asas dalam aktifitas ilmiah. Di dalam kajian ilmiah ini cara pandang tersebut dapat dimaknai sebagai worldview.

Terma worldview secara umum dimaknai sebagai pandangan hidup, di dalam bahasa jerman weltanschauung atau weltansicht. Di dalam islam, para ulama memaknai worldview dengan berbagai redaksi, seperti Maulana al Maududi mendefiniskannya sebagai Islami Nazariat, sayyid qutub menggunakan Tasawur al Islami dan al Attas menamakan dengan Ru’yatul islam lil wujud. Hal ini menandakan bahwa islam mempunyai cara pandangnya sendiri dan pastinya berbeda dengan cara pandang selain islam. Dari beberapa pemaknaan worldview islam, Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi menyimpulkan bahwa wolrdview islam bermula dari kesaksian akan keesaan Allah, dari kesaksian itu terbentuklah keyakinan-keyakinan asasi yang bersifat kompleks di dalam pikiran dan perasaan muslim. Dan dari keyakinan asasi tersebut menjadi operasional karena ditopang dengan akal yang bersifat rasional. Kemudian keyakinan yang rasional tersebut menjadi cara dalam memandang muslim mengenai realitas dan kebenaran sehingga menjadi asas dalam berperilaku bagi seorang muslim. Terakhir, keyakinan asasi itu terbentuk menjadi sistem kehidupan yang bersifat teratur dan komplek.

Islam sebagai din telah mempunyai worldview yang sudah mapan dari awalnya. Hal ini dikarenakan islam mempunyai pedoman worldview yang baku dan primer yaitu al Qur’an dan Hadist. Selain itu, worldview islam juga diracik sedemikian rupa oleh para intelektual muslim dengan waktu yang panjang sehingga menjadikan worldview islam relevan bagi setiap zaman.

Di dalam worldview islam, konsep Tuhan menjadi titik sentralnya. Karena berdasarkan konsep Tuhan, bangunan worldview islam dibentuk dan mewarnai konsep kunci lainnya. Tentu, hal ini berbeda dengan worldview barat yang memposisikan tuhan hanya sebagaian kecil dari worldview mereka. Di dalam islam, konsep tuhan ini sangat penting dikarenakan konsep itu sudah terinstal di dalam jiwa manusia yang dinamakan fitrah.

Fitrah adalah kecenderungan berbuat baik dan beriman kepada Allah. Sebagai sistem yang telah di built-in di dalam jiwa manusia, terbentuknya fitrah berdasarkan atas sebuah perjanjian di alam ruh atau The Day of Alastu, yaitu ketika manusia dikeluarkan dari tulang sulbi Nabi Adam beserta keturunannya, kemudian disaksikan oleh jiwa manusia “alastu bi robbikum” lalu jiwa manusia menjawa “bala syahidna”. Dari perjanjian itu maka telah terinstal tiga hal yaitu nature of god, human nature dan nature of knowladge. Ketiga unsur inilah yang menjadi pembimbing manusia di dunia maupun di akhirat. Maka, fitrah inilah yang membentuk worldview seorang muslim agan selalu merasa dekat dengan Allah dan berjihad di jalan-Nya. Tetapi ada beberapa insan yang lupa akan fitrahnya atau bahkan berusaha melupakannya.

Worldview islam dibentuk berasaskan al Qur’an dan as Sunnah sebagai identitas, adapun selain worldview islam tidak terbentuk dari keduanya. Dengan begitu akan terjadi perbedaan esensial antara worldview islam dengan worldview lainnya yang berdasarkan kebudayaan, keagamaan dan lain sebagainya. Perbedaan worldview ini juga berpengaruh kepada kehidupan di segala aspek seperti interaksi bahasa, etika dan budaya ilmunya.

Salah satu worldview di luar islam yang sekarang menjadi primadona dan menjadi lawan bagi worldview islam adalah worldview barat. Barat disini tidak dilihat secara geografis, tetapi lebih kepada peradaban yang sangat maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Peradaban yang membuat mata terbelalak kagum, namun ada hal esensial yang tak terlihat oleh mata biasa, yaitu persoalan dalam mencari kebenaran. Akan tetapi mencari kebenaran lebih penting dari pada kebenaran itu sendiri dan dari situlah peradaban Barat selalu berubah untuk mencari kebenaran yang diragukan. Dari pemikiran itu, maka muncullah pemikiran seperti rasionalisme, sekularisme, desakralisasi, dikotomis dan pragmatisme yang menjadi batu sandungan muslim dalam mengembangkan peradaban islam berdasarkan worldview islam yang bersifat ilahi.

Persoalan yang hingga kini masih menjadi perdebatan yaitu tentang ilmu pengetahuan itu value free atau value laden. Di dalam islam tentu setiap konsep ilmu pengetahuan berdasarkan kepada nilai yang dibawanya atau basic believe yang ada di dalam diri seseorang. Worldview islam memandang bahwa tidak ada ilmu pengetahuan yang bersifat value free tetapi saran akan nilai dari caara pandang peneliti terhadapnya. Persoaalan ilmu pengetahuan itu value free sebenarnya berasal dari worldview barat yang menganggap segala sesuatu bersifat universalitas.  

Selain itu, pengaruh worldview barat dikalangan ummat muslim ditandai dengan adanya kerancuan ilmu pengetahuan. kerancuan ilmu inilah yang menimbulkan berbagai masalah dibidang politik, ekonomi dan khususnya di dalam dunia pendidikan hari ini yang menjadi sasaran barat dalam menanamkan pemikirannya didalam generasi penerus bangsa. Terdapat beberapa persoalan pendidikan yang sekarang dihadapi ummat islam pertama, lembaga pendidikan melupakan orientasi dalam melahirkan manusia beradab. Lembaga pendidikan sekarang umumnya mengorientasikan alumninya untuk menjadi pekerja di perusahaan dengan keterampilan yang dibina ketika di sekolah tanpa mementingkan akhlak karimah, tidak sampai disitu orang tua peserta didik pun dapat mendikte sekolah dengan kemauannya. Kedua, manusia dididik untuk menjadi tenaga terampil, dunia pendidikan sekarang memandang bahwa peserta didik yang sukses adalah peserta didik yang bisa bekerja di perusahaan yang ternama atau bekerja dengan para investor barat yang kapitalis.

Ketiga, kesuksesan dipandang dengan capaian dunia, dalam artian pendidikan yang ia dapatkan hanya untuk kesenangan dunia semata atau menganut paham kebendaan tanpa mengurus perihal dirinya dengan rabnya. Keempat, dikotomi antara agama dan sains. Inilah salah satu ciri khas dari peradaban barat yaitu memisahkan urusan agama dengan urusan sains dikarenakan meraka trauma dengan masa lalu yang membawa mereka ke dark ages. Dari pemahaman ini maka muncullah agamawan yang tidak mengerti sains dan saintis yang tidak paham agama. Kelima, orang tua tidak terlibat di dalam pendidikan. Zaman post modern ini berkembang isu feminisme yang berkembang di masyarakat luas. Dengan dalih penindasan dan perkerdilan peran perempuan di lingkup sosial, pada pegiat feminis menyuarakan kesetaran gender yang berimbas kepada pengasuhan anak. Pekerjaan rumah bagi feminis radikal adalah sebuah kehinaan dan merendahkan harkat martabat kaum wanita maka dari itu untuk mendidik anak pun mereka kurang mampu karena dibatasi aktivitas pekerjaan mereka yang padat sehingga sekolah menjadi tempat titipan bagi kalangan ibu muda.

Keenam, narasi sejarah yang menutupi fakta. Lembaga pendidikan di indonesia sekarang kebanyakan mengelu-elukan dan memberikan apresiasi kepada penemuan barat kedalam buku bahan ajar atau buku paket dan tidak memunculkan sedikitpun intelektual muslim yang sebenarnya jauh sebelumnya telah membahas bahkan menemukan penemuan yang sekarang diakui sebagai penemuan barat. Tentu dengan hal ini seorang muslim tidak kenal dengan identitasnya bahkan berdampak kepada keindahan tetangga dari pada keindahan diri sendiri.

Melihat dunia pendidikan kita yang carut marut ini, Dr.Wido Supraha memberikan sebuah solusi pendidikan yang sesuai dengan fitrah manusia. Solusi tersebut ialah pertama, menguatkan adab. Sebagai lembaga pendidikan hal utama yang perlukannya adab, didalam istilah pendidikan islam al Attas juga menggunakan adab. Hal ini disebabkan bahwa adab sudah terkandung di dalamnya ilmu, dalam artian ilmu tidak dapat disalurkan kepada peserta didik tanpa mempunyai adab terhadap berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kedua, memperbaiki metodologi studi islam. Ketiga, menghindari hizbiyyah atau fanatisme dan keempat, process based and result oriented. Keempat inilah yang menjadi sebuah solusi bagi pendidikan kita untuk menciptakan leader peradaban islam kelak.

Untuk mewujudkan pendidikan yang ideal dalam prespektif worldview islam, tentu membutuhkan perubahan individu serta keluarganya terlebih dahulu dalam mengetahui posisi dirinya dengan Rabnya. Selain itu adanya upaya untuk membuat lembaga pendidikan yang beradab seperti Pondok pesantren at Taqwa binaan Dr. Adian Husaini dan Sekolah Adab Insan Mulia yang dipimpin oleh Dr. Wido Supraha. Kedua lembaga ini bisa menjadi role model bagi pendidikan nasional agar dapat mencetak generasi yang beradab seperti generasi Shalahuddin al Ayubi.

Daftar pustaka

Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda? sudut pandang baru tentang relasi gender, Bandung: Mizan.

Muslih, Muhammad Khalid et.al. 2018. Worldview Islam: pembahasan tentang konsep-konsep penting dalam islam, Ponorogo: UNIDA Gontor Press.

Supraha, Wido. Islamic Worldview, power point.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2005. Pandangan Hidup, Ilmu pengetahuan dan Pendidikan Islam, Surabaya: disampaikan pada workshop Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan di Sekolah Tinggi Lukman Hakim, Hidayatullah Surabaya.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2018. Misykat: refleksi tentang westernisasi, liberalisasi dan islam, Jakarta: INSISTS-MIUMI.

 

 

Komentar

Postingan Populer