Dunia itu Koma, Bukan Titik
Saat ini peradaban Islam sedang menghadapi tantangan yang belum
pernah ditemui sebelumnya. Tantang ini bukan dimaksud sebagaimana para modernis
muslim yang mengidentifikasi kepada masalah politik, ekonomi, dan sosial yang
harus dirampungkan dan diperjuangkan. Menurut Hamid Fahmi Zarkasyi, bukan
politik, ekonomi dan sosial yang menjadi tantangan umat Islam saat ini, namun
tantangan pemikiran.
Tantangan pemikiran
terbagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Tantangan internal berupa
fanatisme, kejumudan, bid’ah khurafat dan taqlid buta. Tantangan internal ini
semakin banyak muncul diberbagai wilayah di dunia. Munculnya kelompok trans-nasional
juga merupakan natijah dari tantangan internal ini. Sementara tantangan
eksternal adalah masukknya pemahaman dan cara pandang asing yang berusaha
merusak pemikiran umat Islam, seperti liberalisme, sekularisme, modernisme,
pluralisme dan lain sebagainya. Pemikiran yang menafikan metafisik ini
bercampur dengan konsep Islam sehingga menyebabkan kerancuan dan kekeliruan
umat Islam dalam berpikir.
Percepatan globalisasi
menjadi alat untuk menyebarkan pandangan alam asing ke dunia Islam dalam segi food,
fun dan fashion. Globalisasi yang diartikan sebagai
internasionalisasi, universalisasi, liberalisasi ekomoni dan modernisasi ini
menjadi tunggangan yang ampuh untuk menguasai opini masyarakat global tentang
supremasi barat. Pada akhirnya, supremasi barat menjadi sebuah imperalisme non
empiris yang tanpa kita sadari telah menggerogot alam pikiran umat Islam.
Al Attas dalam bukunya Prolegomena To The Metaphysics of Islam memaparkan ciri-ciri dari peradaban barat yang sangat bertentangan dengan worldview Islam. Ciri-ciri tersebut pertama, rasionalisme, dalam artian bahwa peradaban barat sangat bertumpu kepada akal untuk membimbing dirinya dalam menemukan kebenaran. Tentu hal ini tidak dibenarkan dalam tinjauan Islam, karena dalam epistemologi Islam akal tidak menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Wahyu dan khabar shadiq juga dapat menjadi sumber ilmu yang paling tinggi strukturnya.
Kedua, dualisme terhadap hakikat dan kebenaran. Hasilnya peradaban barat melihat
ruh dan jasad, dunia dan akhirat, objektif dan subjektif secara parsial. Hal ini
tidak ditemukan dalam worldview Islam yang mana bersifat tauhidik dan
komprehensif. Dalam Islam, tidak membedakan dunia dan akhirat, karena pandangan
Islam tentang keduanya menyatu. Artinya, dunia adalah ladang untuk akhirat dan
dunia tidak menjadi tujuan akhir. Ia hanyalah persinggahan untuk tempat yang
abadi, yaitu akhirat. Hendaknya seorang muslim menukar dunianya dengan pahala. Oleh
karena itu peradaban Islam bersifat seimbang, dimana tidak hanya menekankan
kepada duniawi tetapi juga ukhwari.
Ketiga, sekularisme, menetapkan hakikat kewujudan hanya melihat kepada satu
aspek, yaitu fisik yang bersifat selalu becoming tanpa pernah menjadi being.
Salah satu ciri dari peradaban barat adalah selalu menjadi dan berubah
tanpa ditemukan titik finalnya. Oleh karena itu mereka mempunyai zaman
kegelapan, modern dan post-modern yang ketiganya saling menafikan dan
mengkritik. Mereka selalu berpikiran linier kedepan tanpa melihat kebelakang. Dalam
Islam, ada yang bersifat tsawabit (tetap dan final) dan ada juga yang
bersifat mutaghayirat (berubah-ubah). keempat, humanisme,
maksudnya manusia menduduki struktur paling tinggi dalam herarki kewujudan,
mengalahkan Tuhan. Kelima, pemahaman tragedi.
Dari ciri-ciri diatas
disimpulkan bahwa peradaban barat adalah peradaban material. Dunia yang fisik
menjadi objek satu satunya dalam pencarian hakikat dirinya. Akibatnya dunia ini
menjadi titik, bukan lagi menjadi koma. Dunia di sifati sebagai tujuan
terakhir, padahal tujuan tujuan akhirnya adalah akhirat. Manusia terlalu
terlena dengan kepalsuan dunia hingga melupakan akhirat. Ya memang dunia bermakna
dekat dan fisikal, oleh karenanya manusia lebih memfokuskan diri hanya kepada
yang dekat dari pada yang jauh dan akhir (akhirat). Sungguh manusia dibutakan
oleh kenikmatan dunia dan merasa takut apabila ditinggal olehnya.
Komentar
Posting Komentar