Sehat Ruhani Pondasi Pembangunan Negara
Kesehatan adalah salah satu anugrah dan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada makhluknya. Semua
orang pasti mendambakan kesehatan, entah dari yang muda hingga tua, rakyat
jelata sampai kepada pejabat. Saat ini gaya hidup sehat banyak digandrungi
semua kalangan, seperti olahraga, senam yoga, dan lain sebagainya. Namun,
kebanyakan diantara umat Islam hanya mementingkan kesehatan jasadiyah tanpa
memperdulikan kesehatan ruhaniyah. Sebenarnya justru kesehatan ruhaniyah yang
perlu didahulukan.
Kesehatan ruhaniyah bersifat dalaman, atau yang biasa disebut dengan
kalbu. Kesehatan ruhaniyah adalah manefestasi dari tazkiatul nafs yang sering
dibahas dalam bidang tasawuf dan lain sebagainya. Berbicara mengenai kesehatan
ruhaniyah, beberapa ulama telah memberikan pendapatnya, salah satunya al Attas
yang membagi manusia menjadi dwi-fungsi. Dwi-fungsi tersebut yaitu manusia
sebagai manusia dalam bentuk fisik dan juga manusia dalam bentuk metafisik,
atau yang sering disebut dengan ruh, akal dan kalbu. Oleh karena manusia
mempunyai dua dimensi ini, maka kecenderungan manusia pun terbagi menjadi dua,
yaitu nafs natiqah dan nafs haywani.
Hubungan
ruh dan jasad sangat berkait erat. Karena saling keterkaitan itu ia disebut
jiwa hayawaniyah (al nafs al hayawaniyah) ketika berhubungan dengan
jasad dan disebut jiwa rasional (al nafs al nathiqah) ketika berhubungan
dengan ruh. Ketika manusia cenderung kepada al nafs al hayawaniyah, ia
akan menimbulkan kerusakan dan kekeliruan sebagaimana yang dilakukan oleh
golongan sekuler-liberal dalam “menaklukan” alam semesta. Sebaliknya, ketika al
nafs nathiqah mendominasi manusia, maka ia sadar tentang keberhutangan
eksistensinya dengan Allah SWT dan selalu tunduk serta patuh terhadap ketentuan
dan perintah Nya.
Ketika jiwa natiqah
telah menguasai jiwa hayawaniyah yang selalu mendorong kepada keburukan,maka
keadaan inilah yang dinamakan dengan adab dan konsep pembangunan ala Islam
dapat dimplementasikan. Sebagaimana peradaban lain, Islam juga memiliki konsep
pembangunan yang khas. Konsep pembangunan yang tidak bersifat linier kedepan,
namun gerak-daya menuju kearah dasar islam yang tulen berdasarkan kepada
worldview Islam.
Al-Attas sebagai pemikir
kontemorer telah memberikan konsep pembanguan yang bersifat komprehensif dengan
mendefinisikan sebagai pemulihan kepada kemurnian asali ajaran agama serta
tauladan orang dan masyarakat Islam yang tulen. Apabila terdapat keadaan di
mana orang dan masyarakat Islam sudah tersesat dan keliru dan jahil lagi dzalim
kepada dirinya masing-masing, maka daya-usaha serta kegiatannya untuk
mengarahkan dirinya ke jalan yang lurus dan benar yang akan memulihkannya
kepada keadaan keislaman yang sejati. Itulah pembangunan dalam artian yang
menyeluruh. Jadi, pada penjelasan tersebut, pembangunan adalah gerak daya
menuju kearah dasar Islam yang tulen.
Tujuan pembangunan Islam
tidak hanya melulu at tanmiyah (pertumbuhan dan pertambahan), karena ada
perkara yang tsawabit (tidak berubah) dalam Islam. Pembangunan juga
tidak dapat diartikan dengan taqaddum (proses). Sebab banyak hal dalam
Islam yang harus melihat kebelakang, terutama di zaman Rasulullah SAW.
Terdapat satu istilah alternatif
pembangunan, yaitu islah. Kata Islah berasal dari bahasa arab yang
bermakna perbuatan kepada seseorang yang membuatnya baik, betul, dan adil. Makna
Islah dalam worldview karena mengembalikan subjek dan objek pembangunan kepada
sifat aslinya yaitu manusia sebagai subjek dan objek dari pembangunan. Jadi,
pembangunan tidak harus dimulai dari pembangunan fisik, namun dari pembangunan
pribadi muslim (development toward self) yang selalu mengedepankan adab
dalam segala hal.
Langkah pertama dari
pembangunan masyarakat Islam tentu berawal dari lingkup keluarga. Keluarga sebagai
masyarakat skala terkecil harus mengajarkan adab terhadap segala hal. Dari hal
yang kecil hingga yang benar. Rasulullah dalam Hadisnya memberikan arahan
kepada orang tua untuk menggalakkan ibadah sholat kepada anak mereka ketika
sudah mencapai 7 tahun. Dari keluarga yang beradab inilah timbul kelompok
masyarakat yang sadar akan fitrahnya, yaitu menyembah dan mengharap hanya
kepada Allah SWT. Kemudian, dari kelompok masyarakat kecil menyebar hingga ke
bangsa dan Negara yang tunduk dan patuh kepada Tuhan yang Maha Esa. Dari sinilah
terbentuk pengishlahan atau pembangunan yang ideal.
Konsep pembangunan Islam adalah gerak-daya menuju ke arah dasar Islam yang tulen.
Komentar
Posting Komentar